Saturday, October 25, 2014

Cerita Bergambar - Monolog Remaja Gelisah Pengejar Asa

25 Oktober 2014 ,Cerita fiktif dengan visual wagu, persembahan gundah dari pemugar hasrat




"Senyuman hangat para bidadari itu semakin memudar seiring cahaya matahari memaksaku untuk menerima kenyataan bahwa pagi ini kuliah dimulai jam 08.30. ketakutanku akan sistem yang berkata "Absenmu sudah 4 kali ! kuliah pagi ini, atau mengulang tahun depan! " membuat ku semakin yakin untuk beranjak"





"Kulangsungkan sebuah ritual singkat yang bernama "Adus bebek", ku pakai kaos favoritku yang jarang terlihat di laundry, ku kalungkan tas multiguna yang berisi seluruh peralatan perang, dan semua itu kulakukan tak kurang dari 30 menit. bukan sulap bukan sihir tapi ini nyata." 





"Kupacu sepeda motor ku selayak Hiccup mengendarai Toothless, kurasakan setiap hembusan angin yang menyentuh hangat ketiakku. sesekali sisi gelap dalam diriku membuatku menerobos lampu merah untuk menunjukkan jiwa muda ku yang "ndugal" namun damai."





"Berhenti ku disebuah toko yang menjajakan hampir semua kebutuhan para perantau, namun yang kubeli hanyalah sepotong roti dan sekotak susu. sarapan paling sombong yang pernah ku makan.
paras kemrungsung dan lari kecilku menuju kelas mengiringi habisnya roti dan susu itu."





"Sampai dimana ku menerima pesan singkat yang membuatku ragu akan setiap waktu yang pernah ku lalui bersamanya. Ingatan indah saat kami teropong bersama, merangkak diatas kubangan lumpur yang niscaya mengandung air seni dari para senior, atau saat kami tak saling tegur sapa karena aku ketahuan jalan dengan gebetannya, dan ingatan indah lainnya seketika lenyap ditelan amarah."





"Menghela nafas, itu yang orang-orang katakan dan kulakukan untuk menenangkan jiwaku yang bergejolak. kuambil sebatang rokok yang kuambil di warung keluarga tanpa sepengetahuan sang founder yang tidak lain adalah ibu ku sendiri. Namun aku tahu kalau dia sudah tahu, begitu nikmat kasih ibu yang kurasakan, seperti hisapan pertama rokok yang ku bakar ini."




"Sisi gelap dalam diriku yang tertimbun dalam-dalam masih saja bergejolak dan mendorongku untuk melakukan kegiatan kriminal seperti membacok temanku saat dia mengendarai motor di jalanan malam, atau mengajaknya memancing di laut lalu ku dorong dia ke air sambil menjauhkan kapal bertajuk khilaf.
Tiba-tiba semua itu sirna saat ku melihat masa depanku yang terbalut hangat di dalam senyuman yang menyapaku di tengah kegelisahan ini," END

No comments:

Post a Comment