Wednesday, September 23, 2015

Bujuk Rayu SnackPengajian

Ada lima kue dalam satu kardus snack di depanku
Satu kue cubit
Satu pai susu
Satu roti sus
Satu potong blacforest
dan satu kue yang aku tak tahu namanya, namun terlihat menarik seperti yang lain
Aku akan makan satu atau dua, atau tiga
Aku memilih kue mana yang pertama akan ku makan
Pai susu sepertinya pas untuk menggugah selera
atau roti sus kesukaanku saat masih kecil
Blackforest cukup menarik tapi bukan seleraku
Aku bergumam sekian detik
emm....

Kue cubit seaakan tersenyum dan mengedipkan mata padaku
Ohh kau harus lihat betapa manisnya senyuman itu
Aku ingin memakannya
Sungguh

Dan
Aku memilih untuk memakannya esok hari
Karena aku tidak biasa tidur dalam keadaan kenyang
dan esok hari aku akan benar-benar menikmati ajaibnya kue itu
Walaupun ada beberapa kue yang membusuk

Mungkin aku hanya akan memakan satu


Fauzi Rahman,
Yogyakarta, 8 Agustus 2015

Wednesday, August 26, 2015

Oh Ibu

Fauzi Rahman, Jakarta 11 Agustus 2015


Kita ada di satu kota

Aku di tenggah, kamu di pinggir 

Terlalu dekat untuk rindu

Terlalu jauh untuk bertemu


Mungkin kita terhubung oleh gigitan nyamuk

Atau hembusan udara keruh


Atau suasana suram

Atau besi besi di trayek busway


Tuesday, August 25, 2015

Kademen dua

Tulisan yang berambisi untuk hangat ini tercipta di Paralayang, Batu, Malang. dari sukma yang dingin untuk cahaya fiktif.



Kademen satu

Tulisan yang berambisi untuk hangat ini tercipta di Paralayang, Batu, Malang. dari sukma yang dingin untuk cahaya fiktif.


Tuesday, August 18, 2015

Ada Cere bertanya pada Bapaknya yang Coro

"Yah, kok jadi sepi banget gini?"
"Sepertinya ini akibat kejadian kemaren"
"Emang pada kemana para manusia itu setelah ledakan gajelas kemaren?"
"Pada mati, Tubuh manusia tu nggak se kuat tubuh kita ! Mereka hanya menang punya tubuh besar aja, sebenarnya mereka semua itu pecundang !"
"Pecundang?"
"Ayah pernah lagi terbang jalan-jalan ke cafe, ayah lewat mereka pada takut tu sama ayah"
"Ayah hebaaat.. Besok adek juga mau terbang-terbang ke cafe ah"

Ayah tersenyum

"kejadian kemaren tu apasih yah?"
"Hal semacam itu disebut bencana, Mungkin karena meraka punya kesalahan sampai-sampai diberi hukuman seperti kemaren itu"
"diberi? Sama siapa?"
"Sama Tuhan"
"Ohh.."

"Kok kita masih bisa hidup yah?"
"Mungkin karena kita selalu bersyukur, dan menerima kenyataan bahwa kita adalah bangsa coro" jawab ayah asal
"Ohh, Alhamdulillah ya ayah"
"Iya nak"

"Ayah, katanya manusia suka pipis di celana ya? hiii"

"Sana sholat dulu, udah masuk magrib ni"
"Iya deh yah.... "


*Tulisan ini masuk kompilasi cerita & gambar "Kiamat Sudah Lewat" jilid 1 tahun 2015

Friday, August 14, 2015

Wang Sinawang

Fauzi Rahman,
Yogyakarta, 31 Juli 2015

Aku memandangmu terkagum-kagum di atas mimbar
Aku melihatmu menginjak eek puss
Sepatumu bau eek puss

Aku memandangmu jatuh cinta di akun instagramu
Aku melihatmu tidur ngorok
"Grook.. grook.." Mungkin kamu lelah

Aku memandangmu berkaca-kaca di seminar
Aku melihatmu kecepirit
Wajahmu pucat dan berkeringat sambil berlari memagang pantat

Aku memandangmu heboh diatas panggung
Aku melihatmu minum Procold
Sambil mengucap "byongalah"

Aku memandangmu  terkagum-kagum di lantai dansa
Aku melihatmu tersandung batu dijalan
"Asu" teriakmu

Aku memandang karyamu terkagum-kagum di pameran
Aku melihat kamu nggak punya pacar
Kamu kurang ganteng

*Tulisan ini masuk kompilasi cerita & gambar "Kiamat Sudah Lewat" jilid 1 tahun 2015

Wednesday, August 12, 2015

Surat dari Jarno

Pembaca sayang,


 Namaku Jarno, Jarno. Aku adalah bangsa matahari yang sebagian dari kalian menyembah kami. Aku menulis ini bukan untuk siapapun dan tanpa kepentingan apapun. Surat ini mewakili diriku yang khilaf telah banyak berbuat salah kepada manusia. Sering tanpa tidak sadar aku marah kepada Tata Surya tanpa alasan, saat itu aku hanya berfikir kenapa aku dilahrikan di keluarga ini. Walaupun keluargaku adalah keluarga terpandang di Tata Surya, ayahku adalah Mentri pertahanan galaksi dan Ibuku adalah istri ayahku. Ibuku selalu sibuk melukis, dia selalu mempercantik langit. namun ayah ku tidak pernah setuju dengan jalan seni ibuku. Bagi ayah, melukis hanya membuang waktu. Setiap dirumah mereka selalu bertengkar, ibuku selalu menangis pada akhirnya, sampai-sampai waktu ibuku menangis kalian sebut musim hujan. Terkadang aku bisa mengendalikan diri namun terkadang aku merasa ingin marah tak tau pada siapa dan itu berimbas pada panas tubuhku yang semakin meningkat membuat bumi tempat kalian hidup menerima imbasnya juga. Hal ini lah sebenarnya yang aku sayangkan dari diriku sendiri. Aku mempunyai urusan pribadi yang buruk namun kalian makhluk kecil tak berdosa menerima imbasnya juga. Sungguh surat ini adalah perwujudan maaf dariku setulus-tulusnya tanpa paksaan dari pihak manapun, walaupun sebenarnya aku ingin berbicara langsung kepada kalian namun aku sangat sadar jika semakin aku dekat dengan kalian maka aku hanya akan menghancurkan kalian. Inilah jarak paling baik untuk aku dan kalian.


"Hidup ini indah, tapi sayang Dunia ini kejam"

Tulisan ini tergabung dalam buku Cergam "Kiamat Sudah Lewat jilid 1" tahun 2015

Tuesday, July 14, 2015

Buku Cokelat

Aku menemukan sebuah buku di Rak buku ku.
Di sampulnya tertulis

DIARY -
NOTEBOOK:
AGENDA -
CARNET
DIARIO-
NOTEBOOK

Save what you like, all is yours

Desainnya simple dan elegan, saya suka. Aku nggak begitu paham artinya, tapi intinya "Buku" gitu aja mungkin ya.
Jika tulisan di sampulnya itu benar, aku belajar satu hal. Penulisan Notebook ternyata tidak dipisah dengan spasi Note Book (ini salah).

Setelah kupikir-pikir, aku akan menulis di buku itu karena aku tak mau menggambar di buku itu.
Mungkin itulah jalan yang tepat untuk buku itu.

Fauzi Rahman,
Yogyakarta, 15 Juli 2015

Monday, July 13, 2015

Jogja pagi ini

"Jarang jarang saya nulis puisi pagi-pagi", atau lebih tepatnya "Jarang-jarang saya nulis puisi"

Jogja Pagi Ini
Fauzi Rahman, Gambiran, 14 Juli 2015 

Pagi ini aku lari pagi, pagi-pagi sekali
 Pagi ini, cukup nyaman untuk olahraga, awalnya
Pagi ini aku batuk karena asap kendaraan
Pagi ini aku melihat banyak iklan di tiang-tiang listrik dan lampu merah
Pagi ini aku melihat Trans Jogja mengeluarkan asap banyak
Pagi ini aku melangkah di trotoar yang sempit
Pagi ini aku menemui trotoar yang cukup luas, mungkin hanya masalah waktu saja sebelum menjadi lahan jualan
Pagi ini aku merasa sesak
Pagi ini sebenarnya aku ingin sehat
Pagi ini aku melihat jamaah pulang sholat shubuh
Pagi ini aku bertanya, "apa aku kurang pagi?"
Pagi ini aku melihat banyak gedung hotel baru dibangun, padahal lari pagi ku tidak terlalu jauh
Pagi ini berbeda dengan pagi-pagi yang dulu, yang dulu dirasakan orangtuaku haha
Pagi ini tak ada yang mengucapkan "selamat pagi" padaku, tapi aku tidak sedih
Pagi ini 3 hari sebelum lebaran
Pagi ini masih banyak orang bekerja
Pagi ini aku ingin menulis puisi 
Pagi ini aku berdoa


Hikayat Sungai Gajah Wong

Di daerah jogja ada sungai yang namanya Gajah Wong, Nama latin dari Gajah saya tidak tahu dan Wong tidak lain adalah Human atau manusia atau karnivora atau pemakan segala atau "kamu & aku".
Tidak ada yang spesial di sungai Gajah Wong karena disini bukan tayangan televisi yang merangkum beberapa hal menarik dan mempunyai satu garis besar.
Sungai Gajah Wong melintasi Kebun Binatang Gembira Loka sehingga dahulu hewan seperti buaya, penyu,kura-kura sering lepas dan membaur dengan penghuni sungai.

Memang beberapa hal diatas tidak begitu penting, namun alangkah baiknya niat penulis untuk mengawali dengan sedikit basa-basi.

Setelah saya mewawancarai beberapa orang tua di sekitar sungai Gajah Wong, saya tidak menemukan sesuatu yang menarik namun jika ditarik kesimpulan, nama sungai Gajah Wong bermula pada suatu hari di Kebun Binatang Gembira Loka yang masih mempunyai koleksi hewan lumayang komplit seperti Jerapah, Badak, & Singa. Itu yang tidak bisa kalian lihat disana saat ini.
Akil adalah pawang Gajah yang setiap harinya menghabiskan waktunya bersama Gajah, karena dia memang bekerja sebagai Pawang Gajah. semasa kecil dia tak penah bermimpi menjadi Pawang Gajah karena cita-citanya dulu adalah menjadi Insinyur.
 Beban tanggung jawab dan resiko yang tinggi diterima oleh Akil dengan sedikit terpaksa.
Di sore hari yang mendung, keadaan menjadi gelap. Sore itu adalah jadwal Atun mandi, Atun adalah nama gajah yang sudah dianggap keluarga sendiri oleh Akil. Hari yang mendung membuat Akil ragu untuk memandikan Atun, namun Atun adalah pribadi yang sedikit keras kepala. Apalagi malam nanti adalah malam kencannya dengan berang-berang kandang sebelah. Tentu saja Atun tak mau belalinya terlihat penuh komedo dan berminyak.
Akil yang penurut akhirnya mengalah dan memandikan Atun di Sungai. Tiba-tiba hujan turun dan air bah datang membawa Atun dan Akil, Mereka terseret arus deras dan kemudian ditemukan meninggal dunia.
Tentu saja kencan Atun dan si Berang-berang batal menyisakan janji yang tak akan pernah ditepati. Untuk mengenang kisah Atun & Akil maka sungai itu diberinama sungai Gajah Wong karena Atun adalah Gajah dan Akil adalah Wong.

Teman-teman sekalian, kebenaran cerita diatas sangat diragukan karena kebenaran hanyalah milik Allah semata dan wawancara dengan para orangtua itu dilaksanakan 2 tahun sebelum cerita ini ditulis, jadi saya sedikit lupa hehe.

Fauzi Rahman,
Yogyakarta, 13 Juli 2015